ppmindonesia.com, Jakarta-Dalam Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan bahwa hikmah merupakan salah satu anugerah yang sangat berharga. Hikmah tidak hanya mendalam dalam makna tetapi juga menjadi kunci untuk memahami kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, bagaimana cara seseorang bisa memperoleh hikmah ini?
Allah telah mengutus para Rasul untuk mengajarkan kitab dan hikmah kepada umat manusia, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 151 dan QS. Al-Jumu’ah: 2. Selain itu, dalam QS. Al-Isra’: 23-39, hikmah dijelaskan secara rinci sebagai ajaran luhur yang diwahyukan Allah untuk membimbing manusia menuju kebaikan. Pada ayat terakhir dari rangkaian itu, Allah menyatakan, “Itulah hikmah yang diwahyukan oleh Tuhanmu.” Dengan kata lain, hikmah adalah manifestasi dari petunjuk Allah yang harus dipelajari dan dipahami manusia.
Menjadi Robbani: Misi Utama Pewaris Kitab
Al-Qur’an menegaskan bahwa salah satu jalan untuk mencapai hikmah dan menjadi manusia berketuhanan (robbani) adalah melalui mempelajari kitab Allah dan mengajarkannya, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali ‘Imran: 79. Namun, ayat ini juga mengingatkan agar manusia tidak mempertuhankan sosok yang diberikan kitab, hikmah, atau kenabian. Sebaliknya, mereka diperintahkan untuk berkata, “Jadilah hamba Allah yang beriman kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya.”
Mempelajari kitab menjadi amat penting, terutama karena kitab suci Al-Qur’an adalah pelajaran yang telah dimudahkan Allah, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Qamar: 17. Tidak hanya itu, Al-Qur’an juga adalah kitab petunjuk bagi orang-orang bertakwa (QS. Al-Baqarah: 2) dan menjadi pembebas manusia dari kegelapan menuju cahaya (QS. Ibrahim: 1). Dengan demikian, mempelajari dan memahami Al-Qur’an tidak hanya membawa seseorang mendekat kepada Allah, tetapi juga membebaskannya dari kezaliman dan menjadikannya bertakwa.
Status Orang Bertakwa dan Ujian Kesungguhan Iman
Orang bertakwa memiliki status mulia di sisi Allah. Dalam QS. Al-Hujurat: 13, Allah berfirman bahwa manusia yang paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa. Lebih lanjut, dalam QS. Ali ‘Imran: 139 dan QS. Muhammad: 35, orang bertakwa disebut memiliki status tertinggi di dunia dan akhirat. Bahkan, cinta mereka kepada Allah begitu kuat, melebihi segala cinta lain yang dimiliki manusia (QS. Al-Baqarah: 165).
Namun, untuk mencapai derajat ini, manusia harus lulus ujian kesungguhan iman. Dalam QS. At-Taubah: 24, Allah mengingatkan bahwa cinta kepada keluarga, harta, dan duniawi tidak boleh melebihi cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan perjuangan di jalan-Nya. Kesungguhan iman ini menjadi prasyarat untuk mencapai al-birra (kebaikan tertinggi), yang dalam QS. Al-Baqarah: 177 diuraikan sebagai iman yang disertai perbuatan baik, seperti berbagi harta, menegakkan salat, dan bersabar dalam ujian.
Hikmah dan Ujian Kehidupan
Adanya ujian dalam hidup bukanlah tanpa alasan. Dalam QS. Al-Insan: 2-3, Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk diuji dan diberi petunjuk jalan kebaikan atau keburukan. Ujian ini adalah bagian dari desain penciptaan manusia. Tidak heran jika dalam QS. Al-Ankabut: 2, Allah menegur mereka yang mengira bahwa cukup dengan pengakuan iman tanpa melalui ujian.
Keberhasilan dalam ujian ini bergantung pada rahmat Allah. Dalam QS. Yusuf: 53, Allah mengingatkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat, kecuali mereka yang dirahmati-Nya. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mendapatkan rahmat Allah adalah dengan menaati perintah-perintah-Nya, seperti mendengarkan Al-Qur’an dengan khusyuk (QS. Al-A’raf: 204) dan menjadikannya pedoman hidup.
Ciri-Ciri Orang Beriman
Orang yang benar-benar beriman adalah mereka yang membenci segala bentuk kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan (QS. Al-Hujurat: 7). Iman yang masuk ke dalam hati mereka terlihat dari perilaku yang konsisten dengan ajaran Allah. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai hakim dalam kehidupan, sebagaimana ditegaskan dalam QS. An-Nisa: 65 dan QS. Yasin: 2.
Dengan pemahaman ini, jelas bahwa hikmah adalah anugerah yang harus dicapai melalui usaha sungguh-sungguh dan pembelajaran yang mendalam terhadap kitab Allah. Orang yang memiliki hikmah akan memiliki panduan hidup yang jelas, mencintai Allah lebih dari segalanya, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama. Hikmah adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, sebuah tujuan yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang beriman dan bertakwa.(husni fahro)