Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Jaminan Allah atas Orisinalitas Al-Qur’an: Menepis Anggapan Ayat yang Tercecer

255
×

Jaminan Allah atas Orisinalitas Al-Qur’an: Menepis Anggapan Ayat yang Tercecer

Share this article
https://www.freepik.com

ppmindonesia.com, JakartaAl-Qur’an, kitab suci umat Islam, diyakini sebagai wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Keaslian dan kemurniannya menjadi fondasi keyakinan umat Islam. Allah SWT sendiri telah memberikan jaminan yang kuat terkait orisinalitas Al-Qur’an, sebagaimana termaktub dalam surah Al-Hijr ayat 9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Ayat ini merupakan penegasan ilahi yang tak terbantahkan bahwa Allah SWT sendiri yang menjamin pemeliharaan Al-Qur’an dari segala bentuk perubahan, penambahan, atau pengurangan. Jaminan ini memberikan kepastian mutlak bagi umat Islam bahwa Al-Qur’an yang kita baca dan pelajari saat ini adalah persis sama dengan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Menyoal Anggapan Ayat yang Tercecer

Meskipun jaminan Allah SWT dalam Al-Qur’an sangat jelas, masih ada sebagian kalangan yang beranggapan bahwa ada ayat-ayat Al-Qur’an yang tercecer atau hilang. Anggapan ini seringkali dikaitkan dengan konsep hadis qudsi, di mana beberapa pihak meyakini bahwa hadis qudsi merupakan bagian dari wahyu Allah yang tidak termaktub dalam Al-Qur’an.

Anggapan ini menimbulkan beberapa pertanyaan mendasar:

  1. Kontradiksi dengan Al-Hijr Ayat 9: Bagaimana mungkin ada ayat yang tercecer sementara Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Al-Qur’an secara mutlak? Anggapan ini secara implisit meragukan kekuasaan dan janji Allah SWT.
  2. Validitas Sanad Hadis Qudsi: Dalam ilmu mushthalah hadis, validitas sebuah hadis ditentukan oleh sanad (rantai periwayat). Jika ada klaim wahyu yang tercecer, bagaimana sanadnya dapat diverifikasi hingga sampai kepada Allah SWT? Mustahil bagi manusia untuk bertemu dan berkonfirmasi langsung dengan Allah SWT.
  3. Logika Penurunan Wahyu: Al-Qur’an diturunkan dengan logika dan kebenaran (QS. Al-Isra: 105), berdasarkan ilmu sebagai petunjuk (QS. Al-A’raf: 52), dan pada malam yang telah ditentukan (QS. Al-Qadr: 1). Ini menunjukkan bahwa penurunan Al-Qur’an terencana dan sistematis, bukan acak atau bergantung pada asbabun nuzul semata. Anggapan ayat yang tercecer bertentangan dengan prinsip ini.

Menegaskan Kembali Jaminan Ilahi

Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan prinsip-prinsip ilmu agama, dapat disimpulkan bahwa anggapan adanya ayat yang tercecer bertentangan dengan jaminan Allah SWT dalam Al-Qur’an. Anggapan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dan justru dapat merusak keyakinan umat Islam terhadap kesempurnaan Al-Qur’an.

Kita sebagai umat Islam harus meyakini sepenuh hati bahwa Al-Qur’an yang ada di tangan kita saat ini adalah wahyu Allah SWT yang terjaga keasliannya secara utuh. Jaminan Allah SWT dalam surah Al-Hijr ayat 9 merupakan bukti tak terbantahkan yang harus kita pegang teguh.

Orisinalitas Al-Qur’an adalah mutlak dan terjamin oleh Allah SWT. Anggapan adanya ayat yang tercecer bukan hanya bertentangan dengan Al-Qur’an, tetapi juga merendahkan sifat Allah SWT sebagai Maha Pemelihara. Sebagai umat Islam, kita wajib meyakini kesempurnaan dan keutuhan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an dengan benar adalah wujud penghormatan dan keyakinan kita terhadap jaminan Allah SWT. (husni fahro)

Example 120x600