Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Dilema Kekayaan: Antara Berkah atau Bencana bagi Kehidupan

246
×

Dilema Kekayaan: Antara Berkah atau Bencana bagi Kehidupan

Share this article
Ilusrasi bencana banjir yang menghacurkan harta kekayaan (foto freepik.com)

ppmindonesia.com,Jakarta – Dalam QS An-Nisa’ [4]:9, Al-Qur’an memberikan peringatan yang sangat relevan untuk semua zaman: agar manusia waspada dan tidak meninggalkan generasi yang lemah. Pesan ini mengandung nilai penting bagi keberlangsungan hidup umat manusia, yang mencakup aspek spiritual, moral, dan material.

Namun, dalam kenyataannya, pemenuhan kebutuhan duniawi sering kali menjadi prioritas utama dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat membawa berkah sekaligus bencana, tergantung pada cara kekayaan itu dikelola.

Manusia, sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imran [3]:14, memang diciptakan dengan kecenderungan untuk mencintai kesenangan dunia, seperti harta, keluarga, dan kedudukan. Sifat ini menjadi pendorong utama dalam berbagai upaya untuk mempersiapkan kebutuhan hidup, bahkan hingga untuk keturunan tujuh turunan.

Namun, Al-Qur’an mengingatkan bahwa kekayaan duniawi bukanlah tujuan akhir. QS Al-Qashash [28]:77 menegaskan prinsip penting: “Carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia….”

Kekayaan Sebagai Ujian Kehidupan

Kekayaan dapat menjadi ujian bagi manusia. Dalam QS Al-Anbiya [21]:35, Allah menyatakan bahwa setiap jiwa akan diuji dengan hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.

Kesenangan berupa kekayaan sering kali menjadi batu ujian yang paling sulit. Sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Kahfi [18]:7, Allah menjadikan segala sesuatu di bumi sebagai perhiasan untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling baik amalnya.

Namun, kekayaan juga dapat menjadi bencana ketika dikelola tanpa keimanan. QS At-Taubah [9]:24 memberikan ancaman keras bagi mereka yang lebih mencintai harta, keluarga, dan tempat tinggal dibandingkan kecintaan kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.

Kegagalan manusia dalam menghadapi ujian ini sering kali disebabkan oleh kecintaan yang berlebihan terhadap dunia, sebagaimana diungkapkan dalam QS Al-A’la [87]:16-17: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.”

Pentingnya Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat

Al-Qur’an tidak mengharamkan manusia untuk memiliki kekayaan, tetapi menuntut keseimbangan dalam pengelolaannya. Kekayaan yang dimanfaatkan untuk kebaikan dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sebaliknya, jika kekayaan digunakan secara serakah atau melanggar batas-batas agama, maka ia akan menjadi penyebab kehancuran. QS Al-A’raf [7]:50-51 memperingatkan bahwa banyak orang menjadi kafir karena terpedaya oleh kehidupan dunia. Mereka yang menjadikan agama sebagai permainan dan tidak bersungguh-sungguh dalam beriman akan menghadapi nasib tragis di akhirat.

Selain itu, QS At-Tahrim [66]:6 memberikan perintah tegas untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Pesan ini menekankan pentingnya memberikan pendidikan moral dan spiritual kepada generasi penerus agar mereka tidak hanya kuat secara materi, tetapi juga memiliki ketahanan iman.

Hal ini sejalan dengan QS An-Nisa’ [4]:9, yang mengingatkan manusia untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah, baik secara fisik, moral, maupun spiritual.

Kekayaan dan Perselisihan Keluarga

Salah satu bencana yang sering timbul dari kekayaan adalah perselisihan dalam keluarga, khususnya dalam pembagian warisan. QS An-Nisa’ [4]:9-11 memberikan panduan yang sangat jelas mengenai tata cara pembagian warisan.

Namun, kecintaan berlebihan terhadap harta sering kali menyebabkan perselisihan, bahkan di antara keluarga yang seharusnya saling menyayangi. Keadaan ini menunjukkan bahwa kekayaan tanpa kendali keimanan hanya akan membawa kerusakan.

Kesungguhan Sebagai Kunci Keselamatan

Al-Qur’an memberikan solusi bagi mereka yang ingin selamat dari jebakan kekayaan dunia. QS Al-Ankabut [29]:69 menjamin bahwa orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Allah akan mendapatkan petunjuk menuju jalan-Nya.

Kesungguhan ini, sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Hajj [22]:78, diwujudkan dengan berjuang secara logis, ikhlas, dan penuh pengabdian. Dengan demikian, kekayaan tidak akan menjadi penghalang, tetapi justru menjadi sarana untuk meraih ridha Allah.

Namun, kesungguhan dalam beriman tidak dapat diukur hanya dari pengakuan lisan. QS Al-Hujurat [49]:14 menegaskan bahwa iman belum masuk ke dalam hati mereka yang hanya mengaku beriman. Orang beriman sejati adalah mereka yang membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan, sebagaimana digambarkan dalam QS Al-Hujurat [49]:7. Mereka inilah yang mendapatkan petunjuk dan berada di jalan yang benar.

Pesan kewaspadaan dalam QS An-Nisa’ [4]:9 adalah panggilan bagi setiap individu untuk memikirkan dampak dari apa yang mereka tinggalkan bagi generasi mendatang. Kekayaan duniawi bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.

Oleh karena itu, manusia perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat, serta menjadikan agama sebagai landasan hidup. Hanya dengan cara ini, kekayaan dapat menjadi berkah, bukan bencana, bagi kehidupan.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa waspada dan memperbaiki diri, sehingga mampu meninggalkan warisan yang bermartabat bagi generasi penerus. Aamiin (husni fahro)

Example 120x600