Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Milad ke-40 PPM: Refleksi, Aksi, dan Kebangkitan untuk Umat dan Bangsa

223
×

Milad ke-40 PPM: Refleksi, Aksi, dan Kebangkitan untuk Umat dan Bangsa

Share this article
MILAD PPM 40 Refleksi, Aksi, dan Kebangkitan untuk Umat dan Bangsa (pp.doc)

ppmindonesia.com.BekasiPusat Peranserta Masyarakat (PPM) merayakan hari jadinya yang ke-40 dengan menggelar acara refleksi dan perumusan langkah strategis di Pesantren At-Taufik, Bekasi. Mengusung tema “Refleksi, Aksi, dan Kebangkitan”, acara ini menjadi momentum penting bagi PPM untuk menegaskan komitmennya dalam membangun masyarakat yang berdaya dan mandiri.

Refleksi: Memahami Sejarah, Mengukuhkan Jati Diri

Sebagai organisasi yang telah berkiprah selama 40 tahun, PPM memiliki sejarah panjang dalam mewarnai dinamika sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia. Refleksi terhadap perjalanan ini menjadi penting agar nilai-nilai dasar perjuangan tetap menjadi fondasi utama dalam setiap gerakan yang dilakukan.

Salah satu sesi diskusi dalam acara ini mengangkat sejarah dan dinamika peran PPM dalam pemerintahan. Husni Nasution, sebagai pembicara utama, mengupas bagaimana PPM harus menentukan sikap dalam pemerintahan Prabowo-Gibran: apakah menjadi oposisi, sekadar mengikuti arus kebijakan pemerintah, atau memilih jalur mitra kritis—yaitu tetap independen, tetapi aktif dalam memberikan masukan dan solusi konstruktif bagi kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

Dalam diskusi ini, muncul pandangan yang beragam dari para peserta. Sebagian berpendapat bahwa PPM harus menjadi oposisi, agar tetap menjaga sikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak adil. Sebagian lainnya menekankan bahwa PPM harus menjadi mitra strategis pemerintah, selama kebijakan yang diambil berpihak kepada kepentingan masyarakat luas.

Pendekatan ini sejalan dengan sejarah awal PPM yang lahir sebagai respons atas ketidakadilan di lingkungan kampus, namun tetap membawa semangat solusi, bukan sekadar perlawanan tanpa arah.

Aksi: Menguatkan Peran dalam Pendidikan dan Ekonomi

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat, PPM menyadari bahwa kebangkitan hanya dapat terwujud melalui aksi nyata di berbagai bidang, khususnya pendidikan dan ekonomi.

Dalam sesi “Kebangkitan di Bidang Pendidikan”, Elam Taufiq, pengurus Pesantren At-Taufik, menyampaikan bagaimana pesantren ini terus berkembang sebagai pusat pendidikan berbasis nilai-nilai Islam dan kemandirian ekonomi. Ia juga mengenang sosok sang ayah, Alm. Ustadz Zaini, yang memiliki peran besar dalam membangun pesantren serta menjalin hubungan erat dengan PPM.

Pesantren At-Taufik, yang memiliki salah satu ruangan dengan logo PPM bertuliskan Lafaz Allah, menjadi simbol kuat bagaimana nilai perjuangan dan dakwah harus terus berjalan seiring perkembangan zaman. Pendidikan tidak hanya mencetak santri yang berilmu, tetapi juga membangun mental wirausaha dan kepemimpinan di tengah umat.

Sementara itu, dalam sesi “Kebangkitan di Bidang Ekonomi: Mewujudkan Koperasi Modern”, Usup Supriatana, aktivis PPM dari Karawang yang juga Ketua Koperasi Mina Agar Makmur, menegaskan bahwa koperasi harus menjadi instrumen utama dalam membangun ekonomi masyarakat.

Ia menekankan bahwa pemerintah saat ini memberikan peluang besar bagi koperasi dan UMKM untuk berkembang, namun keberhasilan tidak hanya bergantung pada regulasi, melainkan juga pada profesionalisme dan transparansi dalam pengelolaannya.

Koperasi harus dikelola dengan jiwa visioner, agar dapat bertahan dan berkembang di era modern. Budi daya rumput laut dan produk turunannya menjadi sektor yang menjanjikan, yang bahkan bisa dikembangkan sebagai alternatif energi pengganti bahan bakar fosil. Usup Supriatana mengajak peserta untuk meniru dan mengembangkan model bisnis serupa di berbagai wilayah pesisir Indonesia, sebagai bentuk nyata dari aksi ekonomi berbasis komunitas.

Kebangkitan: Revitalisasi Perkaderan untuk Keberlanjutan Organisasi

Tidak ada organisasi yang bisa bertahan tanpa regenerasi kader yang kuat. Oleh karena itu, Parito, salah satu senior PPM, menyoroti pentingnya revitalisasi perkaderan dalam organisasi ini.

Ia mengingatkan bahwa pola kaderisasi di era 1980-an, yang berbasis gotong royong dan solidaritas tinggi, mungkin perlu diperbarui agar lebih sesuai dengan kondisi saat ini. Tantangannya adalah bagaimana membuat perkaderan tetap menarik bagi generasi muda tanpa menghilangkan ruh perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendahulu.

Dalam sesi ini, muncul pula diskusi terkait tantangan finansial organisasi, di mana beberapa peserta menyoroti bahwa PPM sebenarnya memiliki banyak aset intelektual dan ekonomi, tetapi belum terinventarisasi dengan baik. Jika aset-aset ini dikelola secara profesional, maka bisa menjadi modal besar untuk memperkuat kemandirian organisasi.

Kesimpulan dan Rekomendasi: PPM Menuju Masa Depan

Dalam sesi penutup, Sekretaris Jenderal PPM Nasional, Anwar Haryono, menegaskan bahwa PPM bukanlah organisasi yang berorientasi pada proyek, tetapi pada gagasan dan program pemberdayaan yang nyata. Ia mengajak seluruh peserta untuk:

  1. Menghidupkan kembali semangat partisipasi aktif dalam program-program PPM.
  2. Membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, tanpa kehilangan independensi organisasi.
  3. Menginventarisasi dan mengoptimalkan sumber daya organisasi, termasuk aset intelektual dan ekonomi yang dimiliki oleh para kader dan aktivis PPM di berbagai daerah. 

Sementara itu, Presidium PPM, Nurhasan Ashari, menegaskan bahwa presidium akan selalu memberikan dukungan moral maupun material bagi program-program strategis yang diinisiasi oleh para kader.

PPM Bangkit! Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah

Milad ke-40 PPM bukan sekadar peringatan usia, melainkan awal dari kebangkitan baru. Dengan refleksi yang mendalam, aksi yang nyata, serta komitmen dalam membangun kaderisasi yang berkelanjutan, PPM siap menghadapi tantangan zaman dengan semangat yang lebih kuat.

Example 120x600